Pada tahun 189, sesaat setelah Kaisar Lingdi mangkat, para menteri kemudian merencanakan untuk membunuh Jenderal He Jin, paman dari anak Kaisar Lingdi, Liu Bian.
Ini dimaksudkan untuk mencegah He Jin mendudukkan Liu Bian sebagai
kaisar pewaris tahta. Rencana ini diketahui oleh He Jin yang kemudian
segera melantik Liu Bian sebagai pewaris tahta dengan gelar Shaodi pada April 189. Selain itu, He Jin juga memerintahkan Dong Zhuo untuk kembali ke ibu kota Luoyang
untuk menghabisi para menteri serta kasim yang ingin merebut kekuasaan
itu. Sebelum Dong Zhuo sampai, He Jin sudah dibunuh dahulu oleh para
menteri di dalam istana.
Yuan Shao
kemudian mengambil inisiatif menyerang istana dan memerintahkan
pembunuhan sebagian menteri dan kasim yang dituduh berkomplot merebut
kekuasaan kekaisaran. Namun, menteri lainnya menyandera Kaisar Shaodi
dan adiknya Liu Xie
ke luar istana. Dong Zhuo mengambil kesempatan ini untuk memusnahkan
kompolotan menteri tadi dan menyelamatkan kaisar. Dengan kaisar di bawah
pengaturannya, Dong Zhuo kemudian memulai kelalimannya.
Dong Zhuo mulai menyiapkan strateginya untuk mengontrol kekuasaan
kekaisaran di Cina dengan membatasi wewenang kekuasaan Kaisar Shaodi. Ia
lalu menghasut Lu Bu untuk membunuh ayah angkatnya, Ding Yuan
dan merebut seluruh kekuatan militernya untuk memperkuat diri sendiri.
Yuan Shao juga diusir olehnya dari Luoyang. Ia membatasi wewenang para
menteri dan memusatkan kekuasaan di tangannya, setelah itu, Kaisar
Shaodi diturunkan dari tahta untuk kemudian digantikan oleh adiknya Liu
Xie yang menjadi kaisar dengan gelar Xiandi pada September 189. Sejarahwan beranggapan bahwa momentum ini adalah awal Zaman Tiga Negara.
Yuan Shao kemudian menghimbau para jenderal penguasa daerah untuk
melawan kelaliman Dong Zhuo. Usahanya membawa hasil 11 batalyon militer
beraliansi untuk melakukan agresi ke Luoyang guna menumbangkan rezim
Dong Zhuo. Yuan Shao memimpin aliansi yang kemudian dinamakan sebagai Tentara Pintu Timur.
Dong Zhuo merasa takut dan membunuh bekas kaisar Shaodi,
membumi-hanguskan dan merampok penduduk Luoyang, menyandera Kaisar
Xiandi dan memindahkan ibu kota ke Chang'an.
Dalam pelariannya, Dong Zhuo diserang oleh Cao Cao dan Sun Jian
yang tergabung dalam Tentara Pintu Timur, namun sayang karena ada
kecemburuan di dalam aliansi menyebabkan tidak ada bantuan dari jenderal
lainnya yang tidak ingin melihat keberhasilan mereka berdua. Aliansi
ini kemudian bubar dan Dong Zhuo meneruskan kelalimannya di Chang'an.
Akhirnya, pada tahun 192, menteri istana bernama Wang Yun bersama Lu Bu menghabisi nyawa Dong Zhuo di Chang'an. Ini mengakibatkan bawahan Dong Zhuo, Li Jue menyerang istana dan membunuh Wang Yun serta mengusir Lu Bu. Li Jue melanjutkan kelaliman pemerintahan Dong Zhuo.
Berkuasanya raja-raja perang
Setelah Dong Zhuo berhasil dijatuhkan, Dinasti Han makin melemah karena kehilangan kewibawaan kekaisaran. Melemahnya kekuasaan istana menyebabkan para gubernur dan penguasa daerah memperkuat diri sendiri dan menjadi raja kecil di wilayah mereka. Ini menyebabkan munculnya rivalitas antar raja-raja perang satu wilayah dengan wilayah lainnya. Raja perang yang terkenal dan kuat pada masa ini adalah :- Yuan Shao, menguasai Prefektur Ji di utara Sungai Kuning.
- Cao Cao, menguasai Chenliu dan kemudian Xuchang.
- Yuan Shu, menguasai daerah Huainan dan mengangkat diri sebagai kaisar karena mempunyai stempel kekaisaran di tangannya.
- Sun Jian, menguasai Changsha.
- Dong Zhuo, gubernur Prefektur Liang, namun kemudian merebut ibu kota Luoyang dan memindahkannya ke Chang'an, Prefektur Sili.
- Liu Biao, menguasai Prefektur Jing.
- Liu Zhang, menguasai Prefektur Yi.
- Zhang Lu, menguasai Hanzhong.
- Ma Teng, menguasai Prefektur Liang.
- Gongsun Zan, menguasai Semenanjung Liaodong.
0 komentar:
Posting Komentar